BENCANA KEMANUSIAAN
AKIBAT
DARWINISME
HARUN YAHYA
(PAGE 1)
Perpustakaan Nasional RI: data katalog dalam terbitan (KDT)
Yahya, Harun
Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme /
Yahya Harun ; alih bahasa, Effendi... (et
al.) ; editor, Catur Sri Herwanto. -- Jakarta
: Global Cipta Publishing, 2002.
178 halaman. ; 23 cm
Judul asli: The Disasters Darwinism Brought to Humanity
ISBN 979-96943-0-2
PENDAHULUAN
PEMBAWA SENGSARA DI ABAD KE-20
Abad ke-20 yang baru saja kita tinggalkan adalah abad
peperangan dan pertikaian yang membawa bencana, penderitaan, pembantaian,
kemiskinan, dan kerusakan dahsyat. Jutaan orang terbunuh, terbantai, mati
kelaparan, terlantar tanpa rumah, tempat bernaung, perlindungan ataupun uluran
tangan. Dan semua ini terjadi tanpa tujuan apapun selain demi membela
ideologi-ideologi menyimpang. Jutaan orang diperlakuan secara tidak manusiawi
yang bahkan binatangpun tidak pantas mendapatkannya. Hampir di setiap waktu dan
tempat muncul para penguasa kejam dan diktator yang bertanggung jawab atas
segala penderitaan dan bencana ini. Mereka adalah Stalin, Lenin, Trotsky, Mao,
Pol Pot, Hitler, Mussolini, Franco.... Sebagian orang-orang ini berideologi
sama, sedangkan sebagian lain adalah musuh bebuyutan bagi yang lain. Hanya
karena alasan sederhana seperti pertentangan ideologis, mereka menyeret
masyarakat ke jurang pertikaian, menjadikan sesama saudara saling bermusuhan,
memicu peperangan di antara mereka, melempar bom, membakar dan merusak mobil,
rumah, dan pertokoan, serta menggerakkan demonstrasi yang penuh kekerasan.
Mereka mempersenjatai orang-orang yang kemudian menggunakannya tanpa belas
kasihan untuk memukul pemuda, orang tua, pria, wanita, dan anak-anak hingga
mati, atau memaksa orang berdiri menghadap tembok dan menembaknya... Mereka
begitu bengis hingga tega mengarahkan senjata ke kepala orang lain dan, dengan
menatap matanya, membunuhnya, lalu menginjak kepalanya dengan kaki mereka,
hanya karena orang tersebut mendukung paham lain. Mereka mengusir orang-orang
dari rumahnya, tidak peduli apakah mereka wanita, anak-anak atau orang tua...
Inilah gambaran singkat tentang
bencana di abad ke-20 yang baru saja kita lewati: orang-orang yang mendukung
berbagai ideologi yang saling bertentangan, dan yang menenggelamkan umat
manusia dalam penderitaan dan genangan darah, dengan mengatasnamakan berbagai
ideologi ini.
Fasisme dan Komunisme berada di
barisan terdepan dari beragam ideologi yang telah menyebabkan umat manusia
menderita di masa suram tersebut. Keduanya seolah terlihat saling bermusuhan,
sebagai paham yang berusaha untuk saling menghancurkan. Namun, terdapat fakta
yang sungguh menarik di sini: ideologi-ideologi ini tumbuh dan dibesarkan oleh
satu sumber ideologis yang sama, serta mendapatkan pengukuhan dan pembenaran
dari sumber tersebut. Dan berkat sumberinilah ideologi-ideologi ini mampu
menarik masyarakat untuk berpihak kepada mereka. Pada pandangan pertama, sumber
ini tidak pernah menarik perhatian siapapun, senantiasa berada di balik layar
hingga sekarang, dan selalu menampakkan diri di hadapan umum dengan wajah tak
berdosa mereka. Sumber ini adalah filsafat materialisme, dan DARWINISME, yakni
bentuk penerapan filsafat materialisme di alam kehidupan.
Darwinisme muncul di abad ke-19
sebagai penghidupan kembali sebuah mitos yang berasal dari bangsa Sumeria dan
Yunani Kuno oleh seorang biologiwan amatir Charles Darwin. Sejak saat tersebut,
Darwinisme telah menjadi sumber inspirasi utama di balik semua ideologi yang
menghancurkan umat manusia. Dengan berkedok ilmiah, Darwinisme memberi jalan
bagi ideologi-ideologi tersebut beserta para pendukungnya untuk melakukan
tindakan politis demi mendapatkan sebuah pembenaran palsu.
Dengan pembenaran palsu ini, tak
lama kemudian teori evolusi meninggalkan bidang ilmu biologi serta
palaeontologi, dan mulai merambah ke hubungan antar manusia hingga ke masalah
sejarah, serta mempengaruhi bidang-bidang lain, dari politik hingga ke
kehidupan sosial. Karena Darwinisme berisi gagasan tertentu yang mendukung
sejumlah aliran pemikiran yang mulai mengarah ke pergerakan dan menunjukkan
keberadaannya di abad ke-19, Darwinisme mendapatkan dukungan luas dari kalangan
ini. Terutama sekali, orang mulai mencoba menerapkan gagasan bahwa terdapat
“perjuangan untuk mempertahankan hidup” di antara mahluk hidup di alam, dan,
akibatnya, gagasan bahwa “yang kuat bertahan hidup, sedangkan yang lainnya
kalah dan musnah” mulai diterapkan pada pemikiran dan perilaku manusia. Ketika
pernyataan Darwinisme tentang “alam adalah arena perjuangan dan pertikaian”
mulai diterapkan pada manusia dan masyarakat, maka gagasan Hitler untuk
membangun ras manusia pilihan, pernyataan Marx tentang “sejarah umat manusia
adalah sejarah perjuangan antarkelas masyarakat”, keyakinan kapitalisme bahwa “
yang kuat tumbuh lebih kuat dengan mengorbankan yang lemah,” penjajahan negara
dunia ketiga oleh bangsa-bangsa penjajah seperti Inggris, penderitaan bangsa
terjajah akibat perlakuan tak manusiawi dari penjajah, perlakuan rasis dan
diskriminasi terhadap orang-orang kulit berwarna, kesemuanya ini mendapatkan
semacam pembenaran.
Meskipun seorang evolusionis,
Robert Wright, pengarang buku The Moral
Animal (Moral Binatang), merangkum berbagai bencana kemanusiaan yang
ditimbulkan teori evolusi sebagaimana berikut :
Bagaimanapun juga, teori evolusi memiliki sejarah
panjang yang sebagian besarnya kelam pada penerapannya dalam masalah
kemanusiaan. Setelah bercampur dengan
filsafat politik di sekitar peralihan abad ini untuk membentuk ideologi tidak
jelas yang dikenal dengan “Darwinisme sosial”, ideologi ini digunakan oleh kaum
rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani.1
Seperti yang akan diuraikan dalam
buku ini beserta bukti-bukti yang ada di dalamnya, Darwinisme bukanlah sekedar
teori yang berusaha menjelaskan asal mula kehidupan dan hanya terpaku pada
bidang ilmu pengetahuan. Darwinisme adalah sebuah dogma yang masih dengan gigih
dan keras kepala dipertahankan oleh para pendukung ideologi tertentu, meskipun
telah dibuktikan sama sekali keliru dari sudut pandang ilmiah. Di masa kini,
banyak ilmuwan, politikus, dan para pemikir, yang menyadari sisi gelap
Darwinisme ataupun tidak, mendukung dogma ini.
Jika setiap orang mengetahui
ketidakabsahan ilmiah teori ini, yang telah mengilhami para diktator kejam dan
mentalitas serta cara berpikir yang bengis, tidak manusiawi dan mementingkan
diri sendiri, maka ini akan mengakhiri riwayat ideologi-ideologi berbahaya
tersebut. Mereka yang melakukan dan merencanakan kejahatan tidak akan mampu
membenarkan tindakan mereka sendiri dengan mengatakan, “Ini adalah hukum alam.”
Mereka tidak akan lagi memiliki apa yang disebut dengan pembenaran ilmiah bagi
cara pandang mereka yang mementingkan diri sendiri dan tidak mengenal belas
kasih.
Ketika pemikiran Darwinisme yang
menjadi akar berbagai ideologi berbahaya pada akhirnya dirobohkan, maka hanya
ada satu kebenaran yang tersisa. Yakni kebenaran bahwa semua manusia dan alam
semesta diciptakan oleh Allah (Tuhan). Mereka yang memahami hal ini juga akan
menyadari bahwa satu-satunya kenyataan dan kebenaran yang ada terdapat dalam
kitab suci yang Allah turunkan untuk kita. Ketika sebagian besar manusia
menyadari kebenaran ini, penderitaan, kesulitan, pembantaian, bencana,
ketidakadilan, dan kemiskinan di dunia akan tergantikan oleh pencerahan,
keterbukaan, kemakmuran, ketercukupan, kesehatan, dan keberlimpahan. Karenanya,
setiap pemikiran menyimpang yang berbahaya bagi kemanusiaan harus terkalahkan
dan tersingkirkan oleh ajaran mulia yang membawa keindahan dan kedamaian dalam
kehidupan manusia. Membalas batu dengan batu, pukulan dengan pukulan, dan
serangan dengan serangan yang lain bukanlah sebuah pemecahan masalah. Pemecahan
masalah yang sesungguhnya adalah menghancurkan pola pikir mereka yang melakukan
segala tindakan ini, dan dengan sabar dan santun menjelaskan kepada mereka
satu-satunya kebenaran untuk menggantikan kesalahan cara berpikir yang mereka
anut.
Tujuan penulisan buku ini adalah
menunjukkan kepada mereka yang mempertahankan Darwinisme tanpa memahami sisi
gelapnya, sadar ataupun tidak, apa yang sebenarnya mereka dukung, dan untuk
menjelaskan apa yang akan menjadi tanggung jawab mereka jika tetap berpaling
dari kebenaran ini. Tujuan lainnya adalah untuk menyadarkan dan memberi
peringatan kepada mereka yang tidak mempercayai Darwinisme, akan tetapi pada
saat yang sama tidak juga melihatnya sebagai ancaman bagi kemanusiaan.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking